Tanggapan Greenpeace tentang aliansi tiga negara hutan hujan terbesar

Jakarta, 18 November 2022 – Tiga negara dengan hutan hujan terbesar di dunia ini, yakni Brasil, Republik Demokratik Kongo, dan Indonesia membentuk aliansi untuk bekerja sama menyelamatkan hutan. Kesepakatan itu diambil pada Senin, 14 November lalu, dalam sebuah pertemuan di Bali menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Terbentuknya aliansi tiga negara ini menunjukkan adanya kesadaran untuk bekerja sama menyelamatkan hutan hujan tropis demi melawan krisis iklim. Namun, masih ada catatan yang perlu disoroti dari kesepakatan tersebut, salah satunya solusi yang berbasis pasar karbon.

“Setiap kesepakatan yang berbasis pasar karbon untuk mengizinkan negara-negara pencemar menggunakan hutan hujan demi mengimbangi emisi mereka akan melemahkan satu-satunya solusi nyata, yakni mengurangi emisi gas rumah kaca,” kata Kiki Taufik, Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace Indonesia.

Menurut Kiki, negara-negara kaya di utara atau Global North mesti menyediakan pembiayaan untuk perlindungan dan restorasi hutan tropis melalui mekanisme pendanaan yang kredibel dan transparan. “Bukan melalui cek kosong yang memungkinkan mereka terus mendatangkan malapetaka di planet ini.”

Kesepakatan yang benar dan adil untuk melindungi hutan harus juga harus berfokus pada komitmen menghentikan deforestasi, serta memulihkan kawasan yang terdeforestasi dan terdegradasi. Langkah ini pun wajib diikuti dengan ketegasan menghukum para penjahat lingkungan dan menghapuskan setiap kebijakan yang berpotensi memberikan impunitas bagi mereka.

“Proses penyelamatan hutan harus dipimpin oleh masyarakat adat dan komunitas lokal yang telah berjuang untuk perlindungan hak, tanah, dan mata pencaharian mereka selama ratusan tahun. Secara historis, mereka yang paling terpengaruh oleh darurat iklim,” pungkas Kiki.

Kontak Media:

Kiki Taufik, Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace Indonesia, +62 811-8706-074

Budiarti Putri, Juru Kampanye Media Greenpeace Indonesia, +62 811-1463-105