Ubud, 28 Okt 2022 – Delapan bulan pasca dirilis pada Maret lalu, film dokumenter “Before You Eat” (BYE) besutan sutradara Kasan Kurdi berkesempatan membuka layar di panggung utama Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2022. Film yang diproduksi oleh Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) dan didukung oleh Greenpeace Indonesia untuk kali pertama akan menyapa komunitas literasi internasional dalam gelaran tersebut.

Tahun ini, UWRF mengusung tema ‘Memayu Hayuning Bawana’ yang dimaknai sebagai sebuah renungan untuk ikut serta dalam merawat dan memperindah sisi keutamaan semesta. Penyelenggara UWRF menilai ada keselarasan antara pesan yang dibawa film BYE dan tema UWRF tahun ini, yakni mengingatkan manusia untuk senantiasa mencermati masalah yang ada di sekitar, berempati, kemudian ikut mencari solusi yang baik. 

“Kami berharap melalui film ini, kita diajak untuk sama-sama melihat konteks masalah yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari namun selalu luput, kemudian mendiskusikannya dalam berbagai sudut pandang, lalu bersama mencari jalan keluar. Memperindah tidak selalu dalam bentuk fisik, tentu juga rasa kemanusiaan yang diharapkan akan berujung pada keharmonisan,” pernyataan panitia penyelenggara Ubud Writers and Readers Festival. 

Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia, Afdillah, mengatakan, perhelatan UWRF menjadi kesempatan yang baik bagi film ini untuk menyadarkan lebih banyak orang tentang fakta yang terjadi di laut. Kata Afdillah, saat ini sedang terjadi dua kejahatan luar biasa di laut dan butuh perhatian serius. Pertama adalah kejahatan lingkungan akibat praktik penangkapan ikan ilegal (IUU fishing) dan kejahatan kemanusiaan di mana para ABK atau Awak Kapal Perikanan (AKP) diperbudak di kapal-kapal penangkap ikan jarak jauh. 

“Kejahatan-kejahatan tersebut adalah ancaman yang serius. Kita semua punya peran untuk mengkampanyekan isu ini dan berbuat sesuatu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Momentum pemutaran BYE di UWRF 2022 ini semoga menjadi pengingat bagi kita semua, termasuk komunitas literasi internasional, untuk bersama mencegah perbudakan di laut. Karena menyelamatkan AKP sama dengan menyelamatkan laut. Itu juga artinya menyelamatkan bumi,” katanya. 

Sementara itu, Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia, Hariyanto Suwarno berharap, UWRF 2022 ini bisa jadi momentum baik untuk mengajak masyarakat luas ikut mendukung penghapusan praktik perbudakan di laut dengan peran masing-masing. 

“Film BYE ternyata telah menjadi pemersatu gerakan sebab ada isu pelindungan lingkungan dan HAM sekaligus di dalamnya. Para penonton dari kalangan organisasi atau komunitas pembela lingkungan memandang bahwa publik harus tahu, dan perlu pula mendukung serta melibatkan diri dalam perjuangan melawan praktik perbudakan ini. Saat memperjuangkan perlindungan spesies laut atau kebersihan laut, ada juga orang-orang di sektor kelautan yang perlu dibela,” tutur Hariyanto.

Film ini menyorot akar masalah perbudakan AKP Indonesia di kapal penangkap ikan asing. Film ini lahir sebagai desakan bagi pemerintah Indonesia untuk lebih serius membenahi kebijakan tata kelola perekrutan dan pelindungan AKP Indonesia.

Pertama kali tayang di Tegal, 13 Maret 2022, hingga kini film berdurasi 97 menit ini sudah berlayar di 29 kota dari Aceh hingga Maluku lewat bentangan 72 layar dan partisipasi di sejumlah film festival nasional dan internasional. Sekitar 5.000 orang sudah menyaksikan bagaimana AKP Indonesia hidup,bekerja dan dilanggar hak asasinya di kapal-kapal ikan asing.

Narahubung Media:

Afdillah, Ocean Campaigner Greenpeace Indonesia, [email protected] +628114704730
Friska Kalia, Media Campaigner, Beyond Seafood Campaign, Greenpeace Indonesia, [email protected], +6281332161606