Lausanne, Swiss, 11 April 2019. Sebanyak 20 aktivis Greenpeace Swiss menginterupsi Rapat Umum Tahunan Nestlé yang berlangsung pada hari Kamis waktu setempat dengan membentuk barisan di posisi terdepan tempat pertemuan, berhadapan dengan para pemegang saham sebagai peserta rapat. Mereka memegang spanduk yang bertuliskan “Nestlé berhenti menggunakan plastik sekali pakai” dan “Nestlé, [sampah plastik] ini adalah milik Anda” sekaligus menunjuk pada sampah kemasan plastik milik Nestlé yang ditemukan telah mencemari ekosistem lautan. Para aktivis pun menyerahkan sampah plastik tersebut kepada jajaran eksekutif perusahaan lalu kembali ke kursi mereka.

Dalam pidato yang disampaikan pada acara tersebut, Greenpeace dan mitra dari gerakan Break Free From Plastic global menuntut Nestlé untuk menghentikan ketergantungannya pada plastik sekali pakai, dan segera berinvestasi dalam sistem pengiriman alternatif berdasarkan konsep isi ulang dan penggunaan kembali, untuk mengakhiri “bencana lingkungan dan keadilan sosial ini.”

Dalam aksi damai tersebut, Direktur Eksekutif Greenpeace International, Jennifer Morgan, mendesak jajaran eksekutif dan pemegang saham Nestlé untuk menunjukkan kepemimpinan sejati dalam menyelesaikan krisis polusi plastik:

“Kami di sini bersama dengan koalisi kami, dari gerakan global Break Free From Plastic yang merupakan gerakan masyarakat sipil yang kini terus bertumbuh, untuk memberi tahu Nestlé bahwa kami sudah muak. Masyarakat dapat melihat sendiri kerusakan yang terjadi akibat polusi plastik terhadap lautan, saluran air, dan komunitas kita. Kita semua telah menyaksikan bagaimana plastik mengkontaminasi keanekaragaman hayati kita yang berharga, dan baru saja mulai memahami bagaimana plastik berdampak buruk terhadap kesehatan kita.”

“Polusi plastik adalah bencana lingkungan, dan merupakan gejala nyata dari penyakit planet karena perekonomian yang didasarkan pada konsumsi yang terus-menerus dan kebiasaan sekali pakai dengan biaya tak terbatas. Tahun lalu, Nestlé memproduksi 1,7 juta ton kemasan plastik – 13% lebih tinggi dari tahun sebelumnya – padahal perusahaan mengklaim akan menangani masalah plastik dengan serius. Sudah waktunya bagi Nestlé untuk benar-benar bertanggung jawab atas besarnya kontribusi perusahaan terhadap permasalahan plastik: mereka harus transparan dan mengedepankan rencana aksi nyata, dengan jadwal yang ambisius, tentang langkah-langkah untuk mengurangi produksi kemasan sekali pakai dan berinvestasi dalam sistem pengiriman isi ulang dan penggunaan kembali yang berkelanjutan.”

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Global Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA) baru-baru ini menemukan Nestlé menjadi sumber utama pencemaran plastik bermerek dalam audit sampah plastik yang dilakukan di Filipina, di mana masyarakat telah menjadi tempat pembuangan melalui perdagangan sampah global. Froilan Grate, Direktur Eksekutif GAIA Filipina, juga hadir di rapat umum tahunan ini untuk menggambarkan krisis polusi plastik yang ia saksikan setiap hari di komunitasnya:

“Polusi plastik mungkin sangat terlihat di Filipina dan negara-negara Asia lainnya, tetapi krisis sebenarnya dimulai di ruang rapat eksekutif Anda, ketika Anda memutuskan untuk menjual produk yang dikemas dalam plastik sekali pakai dan tidak dapat didaur ulang di tempat-tempat di mana tidak ada infrastruktur untuk mengelolanya. Atas nama komunitas saya, saya di sini untuk memberi tahu Anda bahwa kami tidak lagi menginginkan kemasan plastik beracun Anda. Sampah plastik telah mencemari saluran air kami, memenuhi tempat pembuangan sampah kami, menghancurkan komunitas kami dan merusak kesehatan kami. Sudah saatnya bagi Anda untuk menganggap serius krisis ini, berhenti fokus pada solusi yang salah, dan berinvestasi dalam sistem pengiriman baru untuk menghentikan krisis ini.”

Sementara itu, Muharram Atha Rasyadi, Jurukampanye Urban Greenpeace Indonesia, menuturkan, “Perusahaan tidak bisa mengalihkan tanggung jawabnya kepada masyarakat, dengan hanya fokus pada bagaimana membuang sampah pada tempatnya, pemilahan sampah, dan daur ulang. Tanggung jawab terbesar justru berada di tangan produsen. Dengan tingkat daur ulang yang rendah, satu-satunya solusi adalah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam kemasan produk. Dengan begitu, Indonesia pun bisa mencapai targetnya yakni mengurangi 70 persen sampah plastik di lautan pada tahun 2025.”

Greenpeace menuntut Nestlé dan perusahaan multinasional lainnya untuk segera transparan tentang penggunaan plastik mereka secara keseluruhan, dan merancang rencana aksi nyata dengan jadwal yang ambisius yang menjelaskan bagaimana mereka mengurangi ketergantungan mereka pada plastik sekali pakai, dan bergerak menjauhi budaya membuang sampah.

Foto kegiatan di Rapat Umum Tahunan Nestlé bisa didapat di sini.

Pidato Jennifer Morgan bisa dibaca di sini.

Catatan:
[1] http://www.no-burn.org/waba2019
[2] Nestlé adalah salah satu perusahaan pencemar plastik terbesar yang diidentifikasi dalam kegiatan bersih-bersih dan audit merek di seluruh dunia yang dilakukan oleh koalisi Break Free From Plastic tahun lalu. Hasil lengkap di sini.
[3] Lembar fakta Nestlé dan polusi plastik tersedia di sini.
[4] Video kampanye Greenpeace yang berjudul “Monster Plastik Nestle” bisa dilihat di sini.

Kontak media:
Natalie Favre, Greenpeace Switzerland Media Lead for Plastics: +41 76 491 25 26, [email protected]
Capucine Dayen, Greenpeace USA Global Comms Lead for Plastics: +33 647 971 819, [email protected]
Greenpeace International Press Desk, +31 (0)20 718 2470 (available 24 hours), [email protected]

Greenpeace Indonesia:
Muharram Atha Rasyadi, Jurukampanye Urban Greenpeace Indonesia, [email protected], telp 0811-1714-083
Ester Meryana, Jurukampanye Media Greenpeace Indonesia, [email protected], telp 0811-1924-090

Berdonasi

Kamu dapat membela lingkungan sepanjang hidupmu. Atau bahkan lebih lama dari itu. Berdonasilah hari ini.

Ikut Beraksi