Nusa Dua, 27 November 2017. Greenpeace International [1] mengeluarkan laporan terbaru yang mengungkapkan bahwa para pemasok ke merek-merek konsumen terbesar di dunia masih belum dapat menjamin bahwa minyak sawit mereka bebas dari deforestasi. Tak satu pun dari perusahaan tersebut bisa membuktikan tidak ada deforestasi dalam rantai pasok minyak sawit mereka. Laporan ini terbit bersamaan dengan berlangsungnya acara konferensi Roundtable on Sustainable Palm Oil tahunan di Bali.
PT Internusa Jaya Sejahtera (PT IJS). © Ulet Ifansasti

Dokumentasi pengembangan perkebunan sawit di PT Internusa Jaya Sejahtera (PT IJS)

 

Industri minyak sawit merupakan penyebab utama deforestasi di Indonesia [2]. Tiga tahun setelah sejumlah pedagang minyak sawit terbesar di dunia mengadopsi kebijakan ‘nol deforestasi’, Greenpeace International memeriksa 11 pedagang untuk melihat berapa banyak kemajuan yang telah mereka lakukan. Hasilnya, mereka tidak hanya gagal membuktikan bahwa pemasok mereka tidak menghancurkan hutan, sebagian besar juga tidak dapat mengatakan kapan rantai pasok mereka bebas dari deforestasi.

 

“Industri minyak sawit masih rusak dan laporan kami menunjukkan para pedagang tidak mempunyai rencana untuk memperbaikinya. Alih-alih menjalankan komitmen mereka dengan serius, kebanyakan pedagang malah memiliki kebijakan ‘jangan tanya, jangan beritahu’ yang berpura-pura segalanya terkendali saat hutan Indonesia terbakar,” kata Bagus Kusuma, Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia.

 

Temuan ini merupakan peringatan bagi merek-merek rumah tangga yang menggunakan minyak sawit. Sebagian besar merek, termasuk 400 perusahaan dalam Consumer Goods Forum, telah berkomitmen untuk membersihkan pasokan minyak sawit mereka pada tahun 2020. Hanya dua pedagang sawit yang dinilai oleh Greenpeace International berencana untuk memenuhi tenggat waktu tersebut. Sebagian besar tidak memiliki tenggat waktu sama sekali, membiarkan konsumen mereka tidak berdaya untuk menghentikan minyak sawit kotor memasuki produk mereka.

 

“Ini adalah panggilan untuk membuka mata bagi pemilik merek-merek seperti PepsiCo, Unilever, Procter & Gamble dan Mondelez, yang menjanjikan pelanggan mereka bahwa mereka tidak akan merusak hutan. Merek-merek konsumen tidak dapat mengandalkan pedagang minyak sawit untuk memasok mereka dengan minyak sawit nol deforestasi. Oleh karena itu, pemilik merek-merek perlu melangkah maju dan membuat pedagang minyak sawit memutuskan hubungan dengan penanam sawit yang tidak akan mengubah praktik kotor mereka.”

 

Situasi ini sangat penting bagi hutan Indonesia. Negara ini telah kehilangan 31 juta hektar hutan – sebuah wilayah yang hampir seluas Jerman – sejak 1990 [3]. Deforestasi juga merupakan ancaman besar bagi hewan-hewan langka yang tinggal di sana, seperti orangutan. Tahun ini, sebuah studi tentang orangutan di Kalimantan dan Sumatra menunjukkan bahwa populasi mereka telah menurun secara signifikan karena hancurnya hutan habitat mereka. [4]

 

Greenpeace meminta para pedagang minyak sawit dan merek-merek untuk menepati janjinya dan berhenti membeli minyak dari perusahaan yang masih menghancurkan hutan.Temuan dari survei Greenpeace International:

  • Tidak satu pun dari perusahaan yang disurvei dapat mengatakan dengan pasti bahwa tidak ada deforestasi dalam rantai pasok minyak sawit mereka.
  • Meskipun 10 dari 11 pedagang memiliki kebijakan ‘nol deforestasi’, hanya dua di antaranya telah menetapkan tenggat waktu pelaksanaan. Yang lainnya tidak dapat mengatakan kapan mereka akan membersihkan suplai minyak sawit mereka.
  • Hampir semua pedagang tidak memiliki peta kebun para pemasok mereka, sehingga mustahil untuk mengetahui apakah mereka membuka hutan atau tidak.

 

Catatan untuk editor:
[1] Laporan Greenpeace International “Still Cooking The Climate” dapat dilihat di http://www.greenpeace.org/seasia/stillcooking/
[2] “Drivers of Deforestation in Indonesia, Inside and Outside Concessions Areas” http://www.wri.org/blog/2017/07/drivers-deforestation-indonesia-inside-and-outside-concessions-areas
[3] Analisis pemetaan dari laporan “Under Fire” Greenpeace International, bisa dilihat di: http://www.greenpeace.org/international/en/publications/Campaign-reports/Forests-Reports/Under-Fire/
[4] http://www.greenpeace.org/seasia/Press-Centre/Press-Releases/All-deforestation-in-orangutan-habitat-must-be-stopped-immediately/
“Kondisi Terkini Populasi dan Habitat Orangutan” – Siaran pers Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. http://forina.or.id/orangutan-population-and-habitat -pertimbangan-penilaian-2016/

 

Kontak media:

Bagus Kusuma, Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia, telp: +62 812 976 500 93, email: [email protected]

Ester Meryana, Jurukampanye Media Greenpeace Indonesia, telp: +62 811 1924 090, email: [email protected]

Greenpeace International Press Desk, [email protected], telp: +31 (0) 20 718 2470 (tersedia 24 jam)