Jakarta, 7 Maret 2018. Kapal Rainbow Warrior kembali hadir di Indonesia. Kali ini, kapal akan singgah di sejumlah pulau dengan tajuk, “Jelajah Harmoni Nusantara.” Kehadirannya akan mengajak masyarakat setempat khususnya, dan penduduk Indonesia pada umumnya, untuk mengingat kembali seperti apa kondisi alam di masa lampau dan faktanya kini. Berangkat dari hal itu, Greenpeace berharap akan ada tindakan nyata berbagai pihak untuk memulihkan alam Indonesia yang kini sebagian besar telah rusak.
“Kapal Greenpeace Rainbow Warrior akan berlayar di perairan Indonesia selama 2 bulan. Ini akan menjadi perjalanan terlama yang pernah dilakukan oleh Rainbow Warrior, dibandingkan dengan pelayaran-pelayaran sebelumnya di perairan Indonesia,” ujar Leonard Simanjuntak, Kepala Greenpeace Indonesia.
Bertolak dari Filipina, kapal akan singgah pertama kali di Bumi Cendrawasih, tepatnya di Manokwari, dan kemudian berlayar ke Raja Ampat. Dalam kegiatan kampanyenya di Papua, Greenpeace hendak mengingatkan semua pemangku kepentingan betapa pentingnya hutan bagi masyarakat asli Papua.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah mempunyai kebijakan strategis Perhutanan Sosial, di mana 17 wilayah hutan adat telah ditetapkan oleh pemerintah untuk dikelola oleh masyarakat hukum adat setempat. Dengan masyarakat lokal memiliki hak untuk mengelola hutan tempat tinggal mereka, maka kebutuhan pangan dan ekonomi mereka pun bisa terpenuhi.
Sehingga kemiskinan dapat diatasi dan kerawanan pangan yang berakhir pada gizi buruk tidak akan terjadi lagi. Greenpeace Indonesia juga telah melakukan aksi nyata terkait kebijakan ini, dengan melakukan pendampingan dan penguatan masyarakat Kampung Manggroholo dan Sira di Sorong Selatan, yang kini telah mendapatkan izin pengelolaan Hutan Desa. [1]
Setelah Papua, Kapal Rainbow Warrior akan singgah di Bali. Di Pulau Dewata, pesan kuat yakni membawa kembali harmoni udara akan diangkat. Akhir Januari 2018, Greenpeace Indonesia bersama dengan perwakilan masyarakat Celukan Bawang telah mengajukan gugatan kepada Gubernur Bali terkait pengembangan PLTU batubara di Celukan Bawang. [2] Pembangkit batubara bukanlah solusi untuk pemenuhan kebutuhan listrik Indonesia di masa depan, karena emisi pembangkit ini berkontribusi signifikan pada pemanasan global dan juga merusak kualitas udara. “Kebutuhan listrik untuk masa depan kita harus dipenuhi oleh energi baru terbarukan seperti dari tenaga matahari dan angin, bukan dari batubara,” tegas Leonard.
Selain itu, di Bali, Greenpeace akan mengingatkan masyarakat bahwa kondisi darurat sampah plastik telah mengancam industri pariwisata sekaligus alam dan kesehatan masyarakat. Bali belakangan ini sempat masuk dalam pemberitaan nasional bahkan internasional karena adanya penumpukan sampah yang luar biasa, yang terbawa arus laut di Pantai Kuta.
Terakhir, kapal akan bersandar di Ibu Kota Indonesia dengan mengusung pesan kuat, membawa kembali harmoni kota. Permasalahan lingkungan di Jakarta cukup kompleks. Mulai dari polusi udara yang bersumber dari industri, kendaraan bermotor, bahkan pembangkit batubara, hingga timbunan sampah yang tidak lagi terkontrol. Pemerintah dan masyarakat Jakarta harus bisa berbenah, memberikan contoh bagi daerah lainnya di Tanah Air. Solusinya mulai dari menghindari penggunaan plastik sekali pakai, beralih ke energi terbarukan untuk pemenuhan kebutuhan listrik, memperbaiki kualitas udara misalnya dengan mereduksi secara signifikan kandungan partikel polutan PM 2.5, hingga mendorong kegiatan urban farming.
“Selama hampir 40 tahun Kapal Rainbow Warrior membawa misi dari sebuah legenda ‘bahwa saat bumi mengalami kerusakan, akan turun para ksatria pelangi yang akan memulihkannya’. Semangat inilah yang selalu diemban oleh Kapal Greenpeace Rainbow Warrior di setiap perjalanannya mulai dari Manokwari, Raja Ampat, Bali dan Jakarta. Dan perjalanan Rainbow Warrior kali ini menyediakan wahana bagi kita semua untuk menjadi para ksatria pelangi tersebut,” tutup Leonard.

Catatan:

[1] http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/releases/-Hutan-Desa-Pertama-di-Papua–Satu-Dekade-Berjuang-Melindungi-Hutan-dari-Tekanan-Deforestasi/
[2] http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/releases/Masyarakat-Ajukan-Gugatan-Tolak-Pengembangan-PLTU-Batu-Bara-Celukan-Bawang-di-Buleleng-Bali/

Kontak Media:

  • Leonard Simanjuntak, Kepala Greenpeace Indonesia, [email protected]
  • Ester Meryana, Jurukampanye Media Greenpeace Indonesia, telp 0811-1924-090, [email protected]