Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem utama pesisir dan laut yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan algae berkapur. Ekosistem ini memiliki nilai ekologis yang tinggi sebagai habitat bagi berbagai biota laut. Sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang terkenal akan kecantikan bawah lautnya, Karimunjawa memiliki ekosistem terumbu karang yang cukup luas dan juga menjadi ekosistem utama di Taman Nasional tersebut.

Taman Nasional Karimunjawa mempunyai total luas kawasan sebesar 111.625 hektar dengan wilayah perairan mendominasi seluas 110.117 hektar. Citra satelit menunjukkan bahwa luasan ekosistem terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa mencapai 713,11 hektar1. Sampai dengan tahun 2009, tutupan karang keras di kawasan Taman Nasional Karimunjawa mencapai 54,64 %.2 Karimunjawa juga memiliki tutupan karang yang tergolong rapat dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia.

Di sisi lain, kelestarian terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa saat ini semakin terancam dengan aktivitas manusia di sekitarnya, diantaranya adalah aktivitas transportasi kapal tongkang batubara. Setidaknya pada bulan Januari dan Februari tahun 2017, telah terjadi kerusakan cukup besar pada terumbu karang di Karimunjawa akibat dari terdamparnya lima kapal tongkang pengangkut batubara.3 Aktivitas tongkang-tongkang pembawa batubara tersebut di Karimunjawa terus terjadi hingga saat ini dengan jumlah yang cukup banyak tiap harinya. Kerusakan terumbu karang yang terjadi ini tentunya menjadi hal yang merugikan bagi ekosistem laut Karimunjawa dikarenakan hilangnya fungsi terumbu karang sebagai habitat biota laut. Dengan demikian, kerusakan terumbu karang tersebut tentunya akan mengganggu keberlangsungan hidup biota laut dan mengurangi keanekaragaman laut Karimunjawa.

Tujuan dari laporan ini adalah mengetahui kerusakan terumbu karang yang terjadi akibat transportasi kapal tongkang batubara di wilayah Karimunjawa. Kemudian, laporan ini juga akan membahas mengenai jenis karang yang mengalami kerusakan serta ukuran kerusakan dari patahan karang tersebut.

Selengkapnya:

Laporan Kerusakan Terumbu Karang Karimunjawa (Greenpeace, Mei 2018)