Polusi udara di Jakarta pada bulan Agustus 2023. (Greenpeace/Tommy Utomo)

Polusi udara di Jakarta kembali menjadi topik hangat, tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia. Bagaimana tidak, polusi di Jakarta kembali ke peringkat wahid sebagai udara dengan indeks kualitas tak layak hirup. Berdasarkan data pada situs IQAir pada Rabu (07/06) pukul 08.00 pagi WIB, kualitas udara di Jakarta mencapai 155 AQI (Indeks Kualitas Udara).  Sebagai gambaran seberapa buruk udara Jakarta, gedung-gedung tinggi yang jaraknya kurang dari 1 km dari tempat kita berdiri terlihat samar-samar.

Ada banyak faktor yang menyebabkan udara Jakarta semakin beracun. Selain polusi dari rumah tangga, nyatanya ada 22juta kendaraan bermotor di Jakarta, atau 2x lipat lebih dari jumlah warga Jakarta itu sendiri. Selain itu ada juga fenomena Transboundary Air Polution yang sudah pernah dibahas Greenpeace di beberapa podcast sebelumnya. Fenomena polusi udara tidak melihat batas wilayah administratif, polusi bisa menyebar kemana saja sesuai arah angin. 

Sayangnya, di sekitar Jakarta sendiri memang sumber polutan — misalnya, di sisi barat terdapat kawasan industri di Karawang-Bekasi. Tak hanya itu, Jakarta juga dikepung 16 PLTU batubara yang residu asapnya bisa terbang hingga ke Jakarta meskipun letaknya di Banten atau di selatan Jawa Barat. Fakta lebih lucunya lagi: listrik di Jawa-Bali ternyata over supply, hingga transisi energi terbarukan menggunakan panel surya yang dilakukan mandiri oleh masyarakat malah dipersulit oleh negara itu sendiri. Seringkali karena tekanan publik yang besar para pemangku kebijakan hanya menghadirkan solusi semu yang sebenarnya juga jelas bukan solusi jangka panjang.

Dalam udara beracun di Jakarta kandungan PM2.5 sudah di luar batas aman WHO. Apa itu PM2.5 dan seberapa berpengaruhnya bagi kehidupan kita? Selain infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan memperpendek umur, nyatanya PM2.5 ini juga berpengaruh pada psikis orang yang menghirupnya. Stres, anxiety, wajah mudah berjerawat, penurunan mood, dan penurunan gairah seks juga dipengaruhi udara yang buruk. 

Padahal 2 tahun lalu Greenpeace dan aliansi masyarakat sipil sudah memenangkan Citizen Lawsuit yang ditujukan Presiden, Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Banten, Gubernur Jawa Barat dan beberapa kementrian. Alih-alih berbenah dengan tindak nyata, beberapa pihak yang dituntut justru ingin cuci tangan dengan melakukan kasasi.

Lalu apa titik tengah dari masalah polusi udara yang sudah kadung kompleks ini? Saksikan obrolannya podcast #NgobrolLingkungan bersama Piotr Jakubowski & dr Andi Khomeini.