Masyarakat adat telah menjadi pemandu bijak dalam menjaga keberlanjutan dan konservasi lingkungan sejak zaman kuno. Dalam hiruk-pikuk peradaban modern, kita sering kali melupakan hubungan keseimbangan antara manusia dan alam. Namun, masyarakat adat mengingatkan kita akan pentingnya harmoni ini. Dengan pemahaman mendalam tentang ekosistem, mereka telah mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Masyarakat adat mengakui bahwa kita adalah bagian tak terpisahkan dari ekosistem yang kompleks, dan bahwa tindakan kita memiliki dampak jangka panjang pada keseimbangan lingkungan. Dengan begitu, berikut beberapa pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari masyarakat adat tentang keberlanjutan dan konservasi lingkungan.

Keterhubungan dan Ketergantungan

Masyarakat adat memandang diri mereka sebagai bagian dari alam, bukan pemiliknya. Mereka memahami bahwa tindakan manusia dapat memiliki dampak besar terhadap lingkungan sekitar mereka. Oleh karena itu, mereka menjaga keseimbangan alam dengan hidup dalam keterhubungan yang erat dengan ekosistem di sekitar mereka.

Penggunaan Sumber Daya yang Bijaksana

Masyarakat adat memiliki sistem tradisional yang menjaga agar tidak ada sumber daya yang dieksploitasi secara berlebihan. Mereka memiliki pemahaman mendalam tentang siklus alam, pola migrasi hewan, musim tanam, dan pertumbuhan alami, yang mereka terapkan dalam praktik pertanian, perburuan, dan pengumpulan tanaman liar. Mereka mengamati dan merespons pola alam untuk memastikan keseimbangan ekologis tetap terjaga. 

Poin ini juga menjadi salah satu rahasia Suku Baduy dalam menjaga ketahanan pangan. Biasanya, Suku Baduy hanya melakukan satu kali panen padi dalam setahun. Hal ini dilakukan guna menjaga kesuburan tanah dan alam agar tidak rusak karena eksploitasi berlebih.

Konservasi Pengetahuan

Masyarakat adat telah mengembangkan pengetahuan dan teknik berharga tentang pengelolaan lingkungan selama berabad-abad. Mereka mewariskan pengetahuan ini dari generasi ke generasi melalui tradisi lisan, praktik adat, dan ritual. Penting bagi kita untuk menghargai dan melindungi warisan pengetahuan ini, yang dapat menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran untuk mencapai keberlanjutan masa depan.

Di Kecamatan Mollo, Nusa Tenggara Timur, anak muda dari masyarakat adat dalam gabungan komunitas Lakoat Kujawas, membuat laboratorium bernama Ume Fatumtaum. Kegiatan ini dilakukan semata-mata sebagai regenerasi pengetahuan budaya. 

Sikap Hormat terhadap Alam

Masyarakat adat memiliki sikap yang penuh hormat terhadap alam dan makhluk hidup di dalamnya. Mereka menghargai keanekaragaman hayati dan memahami bahwa setiap spesies memiliki peran penting dalam ekosistem. Mereka memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tanaman, hewan, dan ekosistem yang ada di sekitar mereka. Mereka tidak hanya menggunakan sumber daya alam secara bijak, tetapi juga melindungi habitat dan ekosistem yang menopang kehidupan beragam spesies. Dengan memelihara sikap yang sama, kita dapat belajar untuk hidup secara seimbang dengan alam dan menghormati semua bentuk kehidupan.

Suku Pipitak yang bermukim di Desa Pipitak, Kalimantan Selatan selalu melakukan ritual sebelum membuka lahan atau menebang pohon. Hal ini dilakukan guna menunjukan rasa hormat terhadap alam. Dikarenakan mereka percaya, jika hutan dirusak, tidak akan ada lagi kehidupan—sehingga mereka tak bisa bergantung lagi dengan alam.

Keselarasan dengan Musim dan Alam

Kesadaran mereka akan interaksi manusia-alam juga tercermin dalam pendekatan mereka terhadap perubahan iklim. Masyarakat adat mengamati perubahan dalam pola cuaca dan musim dengan cermat. Mereka telah mengembangkan pengetahuan lokal tentang prakiraan cuaca yang berharga dalam mengelola pertanian dan kehidupan sehari-hari mereka. Melalui pemahaman ini, mereka mampu beradaptasi dengan perubahan iklim dan merawat lingkungan sekitar mereka.

Bagaimana kita bisa menerapkan pembelajaran ini dalam kehidupan modern? 

Dari banyak cara yang bisa kita lakukan, salah beberapanya adalah– kita perlu mengadopsi pendekatan yang lebih berkelanjutan dalam mengelola sumber daya alam. Mengurangi pemborosan, memprioritaskan energi terbarukan, dan mengurangi polusi adalah langkah-langkah yang dapat kita ambil.

Kemudian, kita perlu meningkatkan pengetahuan dan penghargaan terhadap keanekaragaman hayati. Mengidentifikasi dan melindungi habitat penting, mempromosikan restorasi ekosistem, dan melibatkan masyarakat dalam program konservasi adalah upaya penting yang dapat kita lakukan.

Pengakuan Masyarakat Adat menjadi Kunci Kerja Konservasi

Papuan Indigenous People from the Awyu tribe donned traditional body paint and bird of paradise headdresses before officially intervening in legal proceedings taken by two palm oil companies in the Jakarta State Administrative Court. They also visit Human Right National Comission to get support and investigation.

Dengan memperoleh inspirasi dari kearifan masyarakat adat, hal itu dapat mengubah paradigma kita dalam menjaga keberlanjutan dan konservasi lingkungan. Mari kita bergandengan tangan untuk menghormati alam dan mengambil langkah-langkah nyata untuk menjaga kehidupan bumi ini. Dengan begitu, kita mampu menciptakan masa depan yang berkelanjutan dan penuh harapan bagi planet kita dan semua makhluk hidup.

Bagaimanapun, kita harus belajar untuk lebih peka terhadap perubahan iklim dan mengambil langkah-langkah adaptasi yang diperlukan. Mengurangi emisi gas rumah kaca, mengembangkan sistem ketahanan masyarakat, dan berinvestasi dalam teknologi hijau adalah bagian dari solusi.

Pengesahan RUU Masyarakat Adat dan mengakui peran penting mereka dalam menjaga kelestarian alam juga harus dilakukan. Dalam konteks krisis iklim, masyarakat adat telah lama menjadi penjaga alam yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan mendalam tentang ekosistem lokal. Dengan memberikan pengakuan hukum kepada masyarakat adat, kita tidak hanya memberikan mereka keadilan yang layak, tetapi juga memperkuat perlindungan lingkungan yang sangat diperlukan bagi keberlanjutan hidup kita semua.

Sherina Redjo adalah Content Writer di Greenpeace Indonesia