Setelah melalui dua pekan yang anti-klimaks, COP 27 telah resmi berakhir.

Apakah COP 27 bisa dianggap sukses?

Pada akhirnya, setelah melalui pekan kedua yang alot serta dipenuhi dengan perdebatan melawan para perwakilan dari industri fosil yang jumlah kehadirannya mencapai rekor tertinggi, fasilitas pendanaan kehilangan dan kerusakan (loss and damage) telah ditetapkan pada minggu pagi. Penetapan ini merupakan langkah krusial karena pendanaan kehilangan dan kerusakan sangatlah dibutuhkan untuk mengatasi dampak krisis iklim yang telah memengaruhi masyarakat di seluruh dunia serta mewakili keputusan yang penting dalam pelaksanaan COP yang mengecewakan.

Ltr.Kentebe Ebiaridor, Environmental Rights Campaigner and Niger Delta Activist, Mbong Akiy, Head of Communication for Greenpeace Africa, Patience Nabukalu, Stop EACOP and Fridays for Future activist from Uganda, Dean Bhekumuzi Bhebhe, campaign lead at Powershift Africa. Climate activists from across sub-Saharan Africa gather in response to the dash for fossil fuels by African leaders at COP27 © Marie Jacquemin / Greenpeace

Meskipun fasilitas pendanaan tersebut merupakan kemenangan untuk keadilan iklim, tetapi kesepakatan mendesak mengenai pengurangan penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap tidaklah terwujud, tambahan satu tahun yang terbuang sia-sia untuk para pencemar yang tidak bertanggung jawab. Walaupun demikian, sejumlah besar negara telah menyuarakan agar bahan bakar fosil dibahas pada kesepakatan akhir tahun ini. Hal ini akan meningkatkan tekanan pada pelaksanaan COP28 tahun depan untuk dapat mengakhiri era bahan bakar fosil.

Apa saja keputusan pada COP27?

COP27 disebut-sebut sebagai ‘COP implementasi’ dan ‘COP Afrika’. Akan tetapi, hasil dari pembahasan yang benar-benar dapat diterapkan hanya sedikit dan bahkan dukungan untuk negara-negara Afrika yang berada pada garis depan krisis iklim jauh lebih sedikit. Penetapan pendanaan kehilangan dan kerusakan yang sebelumnya sudah lama tertunda memang merupakan kesuksesan, tetapi realisasi target 1,5⁰C yang disepakati di Perjanjian Paris dihalangi oleh politik.

Climate champions show solidarity with communities who are experiencing climate impacts in the global south. Campaigners demand that polluting companies and countries pay their fair share to repair climate damage. © Marie Jacquemin / Greenpeace

Negara-negara peserta COP27 telah berjanji untuk menghadiri COP27 dengan memperbarui rencana iklim nasional yang dapat membatasi peningkatan suhu global hingga 1,5⁰C. Namun, janji tersebut hanyalah janji palsu dan Sharm el-Sheikh akan dikenang sebagai momen para pemimpin menyerah untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.

Terlepas dari apa yang berhasil dan tidak berakhir di kesepakatan akhir COP27, kebutuhan akan aksi iklim yang serius menjadi lebih mendesak dari sebelumnya.

Flood the Cop activity. After a year of unprecedented climate impacts across the world including the recent devastating floods in Pakistan and Nigeria – people are rising. Frontline women from Global South brought the flood to COP27 to urge rich nations to compensate most affected communities for loss and damages caused by over a century of emissions cause climate crisis we are in. © Marie Jacquemin / Greenpeace

Apa langkah selanjutnya untuk aksi iklim global?

Kesepakatan iklim yang baru masih belum mendekati tindakan yang kita perlukan sekarang. Diskusi lanjutan mengenai pendanaan kehilangan dan kerusakan sangatlah krusial. Selain itu, memastikan agar semua negara serta perusahaan yang paling bertanggung jawab untuk krisis iklim memberi kontribusi paling signifikan juga tidak kalah krusial.

Akan tetapi, keadilan iklim hanya dapat terwujud apabila dukungan pendanaan tambahan untuk masyarakat yang rentan terhadap krisis iklim tidak hanya disalurkan untuk kehilangan dan kerusakan, tetapi juga untuk adaptasi dan mitigasi.

COP 27 People’s Plenary © Marie Jacquemin / Greenpeace

COP28 akan dilaksanakan tahun depan di Uni Emirat Arab, di sana para aktivis dan masyarakat sipil akan menghadapi tantangan yang serupa dengan COP27. Kekuatan rakyat yang berperan dalam kesuksesan penetapan pendanaan kehilangan dan kerusakan akan kembali berperan untuk mendorong adanya tindakan baru untuk memperkuat kebijakan yang akan mengakhiri ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, mendorong penggunaan energi terbarukan, dan mendukung transisi energi yang berkeadilan untuk masa depan yang bebas dari karbon.

Namun, menanggulangi krisis iklim dan menyuarakan keadilan iklim bukanlah tentang pihak yang menang atau kalah. Pilihannya hanya antara kita berhasil menanggulangi dalam semua bidang atau kita kalah. Bumi tidak akan berkompromi.

Tulisan ini sebelumnya dipublikasikan di laman Greenpeace Internasional oleh Gaby Flores dengan judul “A step towards climate justice