Perjalanan batin untuk mengubah dunia

Banyak sekali tantangan yang dihadapi umat manusia dalam satu tahun belakangan. Pandemi Covid-19 telah membuat tatanan hidup manusia berubah secara drastis. Virus ini berhasil meluluhlantakkan perekonomian hingga akhirnya berdampak pada tingginya angka pengangguran. Angka kematian manusia akibat virus ini belum juga berhenti. Bahkan kini di banyak negara, khususnya Asia, muncul gelombang kedua dengan berbagai varian Covid-19.

Solar Panel in Istiqlal Mosque, Jakarta. © Yorri / Greenpeace
A technician inspects solar panels aon the roof of Istiqlal grand mosque in Jakarta. © Yorri / Greenpeace

Bagi jutaan Muslim, pandemi telah mengubah cara kita berdoa dan berkumpul sebagai sebuah komunitas. Karena Covid-19, hanya masyarakat yang berada di Kerajaan Arab Saudi yang benar-benar dapat melaksanakan haji tahun ini.

Namun setiap tantangan memberi kita pelajaran untuk beradaptasi. Dan tahun ini, kita semua bisa melihat ke dalam untuk Refleksi dan Pulih Bersama. Beberapa bulan terakhir ini, kita mengalami perubahan besar dalam gaya hidup; dari yang sering bepergian kini hanya bisa bergerak secara terbatas. Kita tidak bisa pergi ke masjid pada Hari Jumat atau di bulan Ramadhan, atau mengunjungi tempat-tempat keagamaan. Ini adalah sebuah perubahan besar.

Tahun ini merupakan tahun kedua berturut-turut Arab Saudi membatasi ibadah haji. Masing-masing dari kita memiliki cerita sendiri tentang kenangan keluarga dan teman-teman tentang ibadah haji. Kamu dapat membagikan perjalanan refleksi haji yang dapat mencerahkan, menginspirasi, menghubungkan, dan bahkan menciptakan masa depan baru.

Bersama-sama, kita dapat bekerja untuk membuat umat kita lebih tangguh dan berdiri bersama melawan ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan kerentanan. Banyak orang kehilangan pekerjaan mereka tahun lalu, banyak lainnya kehilangan orang yang mereka cintai. Tidak semua memiliki akses ke vaksin Covid-19. Dan lebih banyak gelombang panas, lebih banyak angin topan, dan bencana alam telah terjadi yang menyebabkan orang miskin menjadi lebih miskin dan banyak yang kehilangan mata pencaharian dan rumah.

Bersama-sama, kita adalah satu umat, dan adalah tanggung jawab kita untuk melindungi yang paling rentan dan paling terpengaruh oleh krisis paralel yang meningkatkan ketidaksetaraan dan perusakan lingkungan.

Umat ​​untuk Bumi

Umat artinya masyarakat. Meskipun itu adalah bahasa Arab yang disebutkan dalam Al-Qur’an, kata itu juga istilah yang digunakan di banyak negara dan komunitas Muslim di seluruh dunia dalam berbagai bahasa termasuk Inggris, Prancis, Bahasa, Urdu, dan Persia. Tahun lalu, karena Covid-19, umat bisa menunjukkan kekuatan dan urgensinya.

Saat ini, umat (komunitas Muslim) menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang diwujudkan dalam krisis iklim, kesenjangan sosial, risiko kesehatan, dan tantangan ekonomi. Perubahan iklim menyebabkan bencana alam dan mengancam kehidupan banyak orang di seluruh dunia. Misalnya, lebih dari 1.300 penduduk terpaksa mengungsi dari Jakarta setelah Ibu Kota Indonesia ini dilanda banjir musiman yang parah.

Bulan lalu, Kuwait menyaksikan gelombang panas di mana suhu di utara Kuwait, Abdali dan Jahra, mencapai 50°C, ini membuat orang lebih berisiko. Kita semua menghadapi risiko dengan cara yang berbeda, tetapi harapan kita terletak pada kemauan untuk bersatu demi pekerjaan dan menjaga satu sama lain.

Tentunya sedih melihat umat kita menderita setiap hari, dan seyogyanya kita terdorong untuk saling mendukung dan bekerja untuk melindungi orang-orang yang rentan ini.

Umat memiliki aturan lingkungan sendiri

Kita sebagai Muslim memiliki pedoman lingkungan yang harus diikuti. Sudah diatur dalam Islam. Islam memberikan peta jalan berbasis nilai untuk mengatasi masalah yang kita hadapi saat ini sebagai spesies.

Islam menekankan tanggung jawab mendalam yang dimiliki manusia sebagai penjaga bumi. Segala sesuatu di alam adalah hadiah yang telah diberikan kepada kita. Jika kita bertindak sebagai penjaga bumi — bukan sebagai pemilik — kita dapat belajar untuk hidup dengan cara yang lebih seimbang.

Sebagai umat, kita harus bersatu dan memastikan semua sumber daya digunakan secara berkelanjutan. Kita hanya pelayannya, bukan pemiliknya. Adalah tanggung jawab kita sebagai khalifah untuk berubah di tingkat individu (gaya hidup), tetapi juga di tingkat komunitas kita (bekerja dengan klub, masjid,) dan di seluruh dunia (aktivisme, menekan pembuat keputusan kita untuk mempertimbangkan perubahan iklim sebagai prioritas, masalah global memerlukan solusi global, COP, dll…). Kita tidak boleh mengganggu keseimbangan alam (Mizan). Makhluk Tuhan layak dilindungi (hima).

Sebagai Umat, Kita Bisa Bercermin dan Memulihkan Bersama. 

Kamu bisa mewujudkannya lewat saling bantu sesama umat. 

Yuk mari bagikan kisah perjalanan refleksi ibadah hajimu untuk menginspirasi banyak orang di tengah situasi yang menyedihkan ini. 

Oh iya, beberapa saat lalu, Greenpeace Indonesia berkesempatan untuk mengunjungi Masjid terbesar di Asia Tenggara, Masjid Istiqlal di Jakarta, untuk melihat langsung smart system apps yang #RahmahLingkungan seperti panel surya dan pengolahan bekas air wudhu yang diolah untuk tanaman sebagai sebagian kecil ikhtiarnya untuk menyayangi Bumi. Simak video di bawah ini ya!

Sumber informasi