Tujuh puluh persen luas bumi adalah lautan. Kalimat ini membuka dan menjadi pengingat betapa pentingya peran laut bagi kita semua. Ini menunjukan potensi dan manfaat lautan yang sangat besar. Namun, saat ini laut menghadapi berbagai ancaman serius –mulai dari  perubahan iklim, penangkapan ikan berlebih dan kerusakan lingkungan. 

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pembangunan dan Lingkungan pada tahun 1992 di Brazil menjadi titik awal sejarah Hari Laut Sedunia. PBB kemudian menetapkan Hari Laut Sedunia atau World Ocean Day pada tahun 2008 dan diperingati setiap 8 Juni.  

Laut memiliki banyak peran untuk menopang kehidupan makhluk hidup dan menjaga ekosistem. Laut menjaga kita bisa hidup nyaman sebagai manusia, termasuk menyediakan oksigen untuk nafas kita. Peringatan hari laut sedunia penting untuk memupuk kesadaran manusia dalam melestarikan laut.   

Green Sea Turtle at Raja Ampat, Papua, Indonesia. © Paul Hilton / Greenpeace
Green sea turtle swimming in the sea at Raja Ampat, Papua, Indonesia. © Paul Hilton / Greenpeace

Laut itu penting!

Hari laut sedunia kali ini bertemakan Kehidupan dan Sumber Penghidupan. Menurut laporan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) laut akan mempekerjakan 40 juta orang pada tahun 2030.[1] Selain memiliki peran sebagai sumber kehidupan, laut juga berperan menjaga kestabilan iklim bumi. Lautan dapat menyerap karbon dioksida  sebe­sar 245,6 juta ton per tahun.

Lautan berkontribusi besar dalam menyerap emisi karbon dioksida di bumi. Fitoplankton yang terdapat dalam lautan membantu proses penyerapan karbon. Laut juga berpartisipasi menyuplai 50%-70% oksigen.[2] Angka ini lebih banyak dari oksigen yang dikeluarkan oleh hutan di daratan. 

Lautan juga membantu bumi dalam mengatur iklim. Radiasi matahari diserap oleh lautan kemudian didistribusikan secara merata. Pemanasan cenderung terjadi di sekitar khatulistiwa. Arus laut kemudian menyebarkan panas ke utara dan selatan. Laut memiliki peran yang sangat vital menjaga iklim. 

Laut berada dalam situasi kritis

Keseluruhan lautan di bumi, hanya dua persen luas lautan yang terlindungi. Ancaman sangat rentan terjadi di lautan. Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim dapat mempengaruhi bahkan menurunkan kapasitas lautan.  

Praktek penangkapan ikan secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek keberlanjutan sangat mengancam populasi ikan di lautan. Metode penangkapan seperti pukat harimau, bom ikan, dan merawai adalah contoh buruk yang merusak lingkungan. Tidak hanya ikan, terumbu karang pun ikut menjadi korban. 

Ancaman besar bagi lautan lainnya adalah mikroplastik. Sampah plastik dapat menjadi plastik berukuran mikro sebagai pengaruh dari suhu, tekanan, dan kelembaban (fotodegradasi). Mikroplastik dapat terkonsumsi oleh hewan-hewan laut.  Bahkan beberapa penelitian menunjukan mikroplastik sudah sampai di dalam tubuh manusia. 

Selain itu, pengasaman lautan dapat merusak ekosistem terumbu karang. Masalah ini menjadi penyebab lambatnya pertumbuhan karang dan berkurangnya ketahanan terumbu karang. Pengasaman laut terjadi akibat meningkatnya karbon dioksida yang diserap oleh lautan dan penurunan pH air laut. 

Greenpeace volunteers collect and audit plastic garbage during a Beach Clean Up activity at Padansari beach, Bantul, Yogyakarta. Greenpeace Indonesia holds the same activity in other two locations, Tangerang and Bali, as part of the #BreakFreeFromPlastic global movement to reduce single use plastic products usage.

Peran kita untuk menjaga laut lestari 

Lautan sebagai salah satu komponen penting yang menopang kehidupan seluruh makhluk hidup. Maka perlu upaya dan aksi untuk mencegah kerusakan lautan – sebelum semakin parah.  

Upaya sederhana yang kita dapat lakukan untuk menyelamatkan lautan adalah dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Plastik yang berakhir di lautan menjadi malapetaka bagi ekosistem laut. Peran pemerintah dalam mengelola sampah harus dievaluasi agar lautan tidak diakhiri dengan sampah.

Kita juga perlu mendesak pemerintah dan industri perikanan agar semua cara penangkapan ikan merusak dan ilegal yang seringkali sarat pula dengan praktik kerja paksa dan perbudakan di laut yang mengeksploitasi para pekerja, harus segera diatasi dengan keseriusan penegakan aturan serta pengawasan di lapangan.

Setiap negara terhubung oleh lautan di dunia. Artinya permasalahan mengenai lautan bersifat universal – menyeluruh. Para ilmuwan menyerukan agar pada tahun 2030, setidaknya 30% lautan di dunia dilindungi sebagai suaka laut/ocean Sanctuary yang bebas dari Eksploitasi Manusia [3] Tekanan terhadap pemerintah untuk menciptakan Perjanjian Laut Global sangat penting untuk dilakukan. Setiap negara harus menancapkan komitmen dan tanggung jawab kuat untuk mencegah kerusakan yang terjadi. Ocean Sanctuary/Cagar alam laut adalah alat kunci untuk melindungi habitat dan spesies, membangun kembali keanekaragaman hayati laut, membantu memulihkan ekosistem laut, dan memelihara jasa ekosistem yang penting

Untuk kamu yang membaca sampai akhir, terimakasih karena telah peduli dan ingin terlibat untuk menjaga laut kita. Ubah gaya hidup yang bisa merugikan laut dan mulailah sekarang. Percayalah, setiap suara, aksi dan perubahan yang kamu lakukan itu sangat berarti untuk laut kita.

Selamat hari laut sedunia!


[1] https://www.oecd.org/ocean/OECD-work-in-support-of-a-sustainable-ocean.pdf

[2] http://oneworldoneocean.com/pages/why-the-ocean/

[3] https://www.greenpeace.org/international/publication/21604/30×30-a-blueprint-for-ocean-protection/

Wujudkan Laut Sehat

Laut yang terlindungi dari ancaman kerusakan dan perbudakan adalah sumber kehidupan bagi kita, nelayan, serta hewan dan tanaman laut. Ayo, kita wujudkan laut sehat bersama!

Ikut Beraksi