Dunia mengeluarkan sekitar 1,7 triliun dollar setahun untuk perang. Sebagai perbandingan: pendanaan kemanusiaan global hanya 1,3% dari itu.

Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), penjualan senjata internasional di seluruh dunia meningkat 10% dalam empat tahun terakhir dibandingkan 2008-2012.

Di berbagai tempat di dunia kita tercinta ini, kemudahan mendapatkan senjata dan amunisi telah menimbulkan penderitaan manusia, penindasan politik, kejahatan dan teror di kalangan warga sipil.

Angka sulit didapat dalam perdagangannya ini; itu dipenuhi dengan rahasia dan korupsi. Penjualan senjata dari 100 produsen senjata terbesar di dunia dan perusahaan layanan militer (SIPRI TOP 100) memperkirakan angka 375 miliar dollar di tahun 2016, tapi angka sebenarnya kemungkinan lebih tinggi dari itu.

Tiga perempat dari perusahaan ini berasal dari Amerika Utara dan Eropa.

SIPRI weapons export graphic © SIPRI

Eksportir perdagangan senjata terbesar di dunia

Di tahun 2013, UN mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata. Di atas kertas, perjanjian ini adalah sesuatu yang bagus. Perjanjian ini dimaksudkan untuk menghentikan penjualan senjata ke negara-negara yang secara jelas akan menggunakan senjata untuk genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, atau kejahatan perang.

Tapi kenyataannya, dampak perjanjian ini masih sangat terbatas. Perdagangan senjata global masih meningkat dan terus memasok senjata ke beberapa konflik bersenjata paling mematikan.

Mengapa ini masih terjadi?

Jawabannya (setidaknya untuk bagian ini) adalah kompleksitas industri militer; aliansi tidak resmi antara militer sebuah negara dengan industri senjata yang menyuplai dan ini telah berdampak pada kebijakan publik. Kedua belah pihak diuntungkan dalam hubungan ini – satu pihak mendapatkan senjata untuk perang dan pihak lainnya mendapat bayaran atas barang yang diberikan.

Ambil contoh Spanyol, di mana Greenpeace pertama kali meluncurkan kampanye pertama tentang kontrol perdagangan senjata. Sementara Spanyol meratifikasi Perjanjian Perdagangan Senjata pada tahun 2014, mereka saat ini adalah negara pengekspor senjata terbesar ketujuh di dunia. Menjadi bagian dari Uni Eropa berarti mereka perlu untuk mematuhi peraturan Uni Eropa tentang perdagangan senjata yang dibentuk pada 2008, yang berarti menghormati hak asasi manusia dan hukum humaniter internasional di negara-negara di mana senjata mereka bisa berakhir.

Tapi antara 2008 sampai 2016, Pemerintah Spanyol melakukan ekspor senjata resmi sebesar 22,6 miliar euro ke lebih dari 100 negara. Ekspor ke 50 dari 100 negara ini diidentifikasi sebagai ‘ekspor yang mengkhawatirkan’ dalam investigasi independen oleh koalisi Spanish Arms Under Control, di mana Greenpeace Spanyol menjadi anggotanya.

‘Ekspor yang mengkhawatirkan’ dan ‘potensi kekhawatiran’ diartikan sebagai penjualan senjata ke negara-negara yang menggunakan senjata atau dapat menggunakan senjata untuk pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia internasional dan/atau hukum humaniter internasional, di mana ada risiko besar atau penggunaan tidak sah. Ini berarti menjual senjata ke negara-negara di mana ada kemungkinan mereka akan menggunakannya untuk melawan warga sipil; pengeboman rumah sakit, pasar, dan sekolah, atau menindas penduduk dengan kekerasan. 

Action against weapons trade in the Port of Bilbao © Santi Burgos / Greenpeace

Aktivis menghentikan pengiriman senjata menuju negara-negara koalisi pimpinan Saudi yang terlibat dalam perang di Yaman di Pelabuhan Bilba.

Ekspor yang mengkhawatirkan

Penjualan senjata ke negara-negara berikut telah dikategorikan sebagai ‘ekspor yang mengkhawatirkan dalam laporan terakhir Kampanye Spanish Arms Under Control:

  • Israel – Dengan pendudukan militer yang sedang berlangsung dan dalam blokade jalur Gaza, tentara Israel telah berulang kali dituduh oleh organisasi hak asasi manusia (Amnesty International dan Human Right Watch) atas keterlibatan dalam keterlibatan dalam pembunuhan di luar hukum terhadap warga sipil Palestina dan penangkapan tanpa pengadilan terhadap ribuan penentang pendudukan militer. Tidak ada jaminan bahwa senjata yang diekspor ke Israel tidak akan digunakan untuk melanggar hak asasi manusia atau hukum humaniter internasional.
  • Saudi Arabia – Ada risiko besar bahwa senjata yang diekspor digunakan untuk melakukan pelanggaran serius terhadap hukum humaniter dan hak asasi manusia internasional dalam perang di Yaman oleh semua pihak yang berkonflik.
  • Brasil – Mengimpor senjata ringan dan amunisi dari Spanyol, meskipun berisiko digunakan untuk pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia. Ada banyak pembunuhan dalam operasi kepolisian, serta penggunaan kekuatan yang berlebihan dan bukti eksekusi di luar proses hukum.
  • Irak – Ada risiko tinggi terhadap senjata yang diekspor untuk Angkatan Bersenjata dan milisi Irak digunakan untuk melakukan kejahatan perang, pelanggaran lain terhadap hukum humaniter internasional dan hak asasi manusia dalam konflik bersenjata yang sedang berlangsung.
No War Tour (UK : 2003). © Greenpeace / David Sims
Aktivis Greenpeace di tank militer, Southampton, Inggris. Relawan Greenpeace memasuki Pelabuhan Militer Marchwood Southampton di Inggris dan mendirikan kamp perdamaian di tank militer yang ditujukan ke Teluk. Protes tersebut merupakan bagian dari kampanye global menentang perang.

Mengapa sejumlah negara terus mengekspor senjata ke negara lain yang dapat menggunakannya untuk melakukan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia?

Dalam kasus Spanyol, seperti banyak negara lain, keputusan soal ke mana senjata akan dijual dibuat di ruang belakang dan secara harfiah dilindungi oleh ‘hukum kerahasiaan’. Tidak ada yang bisa melaporkan mereka. Tidak ada yang bisa mengkritik mereka. Kolusi yang didorong oleh keuntungan antara pemerintah, militer, dan bisnis besar merupakan penghalang utama dalam perubahan.

Itu dimulai dari atas: Kepala Negara Spanyol, King Felipe VI, secara reguler bertindak sebagai mediator dan memberikan pengaruhnya atas nama perusahaan senjata Spanyol. Duta besar Spanyol untuk Amerika Serikat sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pertahanan Spanyol. Sebelum itu, ia menghabiskan puluhan tahun bekerja untuk beberapa perusahaan senjata.

Kasus Spanyol bukanlah kasus satu-satunya, tetapi cerminan dari situasi global yang menyedihkan. Di mana pun kepentingan ekonomi industri senjata global mengalahkan hukum internasional, Anda mendapatkan kompleks industri militer.

Jadi apa yang harus kita lakukan?

Pemerintah menyatakan bahwa kerahasiaan yang menyelimuti perdagangan senjata internasional sangat penting untuk menjaga ‘keamanan nasional’. Pada kenyataannya, kerahasiaan ini kebanyakan hanya cara lain bagi mereka untuk mendukung perdagangan yang sangat menguntungkan dan bermanfaat untuk mereka yang berada di bisnis perang: perusahaan pabrik senjata.

Transparansi adalah sinar matahari yang membuat kedamaian tumbuh. Itu menyinari dan membuat mereka yang terperangkap di dalamnya bertanggung jawab.

Sebagai langkah awal: Kita harus menyadarinya, membicarakannya, dan berusaha mendapatkan informasi. Bagaimanapun, sinar matahari dikatakan sebagai disinfektan terbaik.

Sara del Rio adalah Peace and Democracy Programme manager untuk Greenpeace Spanyol

Jen Maman adalah Senior Peace Advisor untuk Greenpeace International