“Kulari ke hutan kemudian menyanyiku.

Kulari ke pantai kemudian teriakku.

Sepi, sepi, dan sendiri.”

Ingin sekali saya melanjutkan puisi yang beken dibacakan Dian Sastro itu dengan, “Aku benci melihat hutan dirusak dan pantai dicemari.” Untungnya saya bisa menahan diri, kalau tidak, saya bisa dihujat jutaan penggemar AADC garis keras. 

Tapi kali ini saya bukan ingin menyampaikan kisah cinta remaja ataupun puisi romansa. Tapi saya ingin bercerita tentang kecintaan warga Jakarta pada hutan dengan ikut berpartisipasi di #KulariKeHutan

Di tahun ketiga event ini digelar oleh Hutan Itu Indonesia (HII), Greenpeace berkesempatan untuk berkolaborasi mendukung semangat pelestarian hutan Indonesia melalui event Kulari Ke Hutan.

 

Hutan merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup di Bumi. Tidak hanya bagi flora, fauna, dan suku adat yang tinggal di sekitarnya, hutan juga bermanfaat sebagai penyokong kehidupan masyarakat di perkotaan. Oleh karena itu, meskipun kita tinggal di kota besar yang dikelilingi hutan-hutan beton, namun kita harus turut serta melindungi dan menjaga kelestarian hutan yang masih tersisa di penjuru negeri. 

#KuLariKeHutan mengajak siapa saja – dari pelari maupun bukan, dari muda maupun tua – untuk berpartisipasi langsung menjaga hutan Indonesia dengan cara yang mudah, yaitu berlari.

Peserta harus berlari sejauh lima kilometer untuk bisa mengadopsi satu pohon. Semakin jauh peserta menempuh jarak larinya, maka semakin banyak jumlah pohon yang diadopsi untuk hutan. Contohnya, kalau kamu sanggup berlari hingga lima belas kilometer, kamu berhasil mengadopsi tiga pohon.  

Tahun ini gelaran acara yang berlangsung di GBK Senayan, Jakarta ini diikuti 619 pelari dari berbagai daerah untuk kategori umum dan anak. Sementara jumlah adposi pohon secara keseluruhan mencapai 1.171 pohon. Adopsi berarti para peserta menyumbang sejumlah pohon untuk program kelestarian hutan.

Peserta #KuLariKeHutan menerima hadiah persembahan Greenpeace Indonesia setelah berhasil melakukan tantangan Cendrawasih Challenge bersama Abu Grey.

 

Selain fun run, kegiatan #KulariKeHutan 2019 juga diramaikan oleh penampilan Tuan Tiga Belas yang melantunkan lagu tentang Harimau Sumatera, Abu Grey dengan tarian Cenderawasih-nya, dan masih ada pengisi acara lainnya. Ada pula booth-booth dari berbagai organisasi yang memiliki visi sama dengan Hutan Itu Indonesia, salah satunya adalah Greenpeace Indonesia.

Di booth Greenpeace, para peserta berkesempatan menjajal pengalaman menjelajahi hutan Papua lewat perangkat virtual reality. Selain itu, ada pula pameran foto yang memperlihatkan keindahan alam serta flora fauna di Indonesia, serta tim Direct Dialogue Campaigner (DDC) yang memberikan informasi dan mengajak para pengunjung untuk bergabung serta mendukung kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace.

Tim Greenpeace Indonesia menjelaskan project foto “Hutan Bercerita” kepada salah seorang pengunjung acara #KuLariKehutan.

 

Seorang pengunjung mencoba perangkat virtual reality yang disediakan oleh Greenpeace Indonesia.

 

“Melestarikan hutan itu hal yang penting bagi masyarakat dunia dan khususnya kita di Indonesia. Acara ini bagus dan menarik, harapannya dengan adanya acara ini semoga masyarakat perkotaan lebih peduli dengan pelestarian hutan di Indonesia.” Ucap Arkian Suryadharma, juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia yang turut hadir di acara Kulari Ke Hutan.

Kira-kira berapa kilometer yang sanggup kamu tempuh demi kelestarian hutan Indonesia? 😀