Di Indonesia, Ramadan menjadi momen spiritual yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat yang menganut agama Islam. Bulan ini tidak hanya ditandai dengan kegiatan berpuasa dari pagi hingga petang saja, namun juga dengan segala ‘kemeriahan’ yang ditemukan di dalamnya, seperti; pertemuan buka bersama dengan kerabat lama, maraknya aktivitas bersedekah, ataupun diskusi-diskusi keagamaan yang bermunculan dimana-mana. Masyarakat muslim dalam negeri tentu merasakan adanya perubahan-perubahan baik yang terjadi di lingkungan sekitar mereka selama bulan suci ini berlangsung. Namun di sisi lain, tidak semua yang terjadi selama Ramadan adalah perubahan positif.

Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Jakarta (DLH), sampah selama bulan puasa di Jakarta dapat meningkat hingga 289 ton/hari. Peningkatan ini terjadi karena adanya perubahan pola konsumsi di masyarakat, terutama saat berbuka puasa dan sahur. Selain sampah makanan yang memuncaki kategori terbesar dalam komposisi sampah di Jakarta, peningkatan ini juga terjadi pada sampah plastik sekali pakai. Dengan alasan kemudahan, masyarakat seringkali memilih menggunakan material plastik sekali pakai pada saat membeli berbagai makanan dan minuman untuk berbuka. Kecenderungan ini tidak hanya melekat pada level individu saja namun juga berbagai kelompok di masyarakat. Pemandangan buka puasa bersama dengan menggunakan plastik sekali pakai (sebagai wadah) di berbagai tempat, seperti masjid dan perkantoran, juga seringkali ditemukan di sekitar kita.

Hal ini menjadi ironi tersendiri. Bulan dimana seharusnya para muslim melakukan segala perbaikan ibadah dan menahan diri dari segala hawa nafsu dan pola hidup konsumtif malah ‘tercoreng’ oleh adanya fakta peningkatan jumlah sampah yang begitu besar. Padahal dalam ajaran agama Islam sendiri, terdapat berbagai perintah untuk menjaga lingkungan dan tidak berlebih-lebihan. Pengurangan penggunaan plastik sekali pakai selama bulan Ramadan dapat menjadi salah satu implementasi dari nilai-nilai tersebut.

Menanggapi fenomena yang terjadi selama Ramadan, Greenpeace Indonesia meluncurkan kampanye #PantangPlastik yang didukung oleh berbagai komunitas dan organisasi keagamaan untuk meningkatkan kesadaran soal permasalahan ini di masyarakat urban, khususnya Jakarta. Sejak tahun 2018, kami bekerja sama dengan Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (LPLHSDA MUI) untuk memunculkan diskusi-diskusi di masyarakat terkait perubahan negatif yang terjadi di bulan puasa terkait dengan masalah sampah dan plastik sekali pakai. Pada tahun 2019 ini, kami juga memulai kerja sama dengan Nahdlatul Ulama (NU) untuk terus berkampanye terkait persoalan plastik sekali pakai selama bulan Ramadan.

Selain mengadakan diskusi, sebagai salah satu cara edukasi pentingnya #PantangPlastik kepada masyarakat luas, relawan Greenpeace juga membagikan takjil atau makanan berbuka puasa di jalanan beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Yogyakarta. Alih-alih menggunakan plastik, kami menggunakan daun pisang sebagai materi pembungkus makanan. Terbukti, kami tidak membutuhkan plastik untuk melakukan kegiatan bagi-bagi takjil.

Plastik sekali pakai memang sudah menjadi bagian dari hidup sebagian besar masyarakat kita di Indonesia dan terkadang sulit untuk bisa lepas darinya. Dengan segala kemudahan yang diberikan oleh material tersebut, plastik masih menjadi pilihan utama dari para korporasi serta masyarakat dalam menjalankan kegiatan produksi dan konsumsi. Bahkan, momen bulan suci Ramadan menjadi indikasi bahwa material ini masih begitu populer untuk terus digunakan oleh masyarakat. Namun kita harus bisa menyadari bahwa masalah plastik sekali pakai dapat bergulir terus menjadi krisis yang lebih besar dan dapat menjadi bom waktu bagi manusia jika tidak mulai ditinggalkan sesegera mungkin. Pencemaran di darat dan laut serta temuan terkait mikroplastik di dalam tubuh hewan dan manusia menjadi sinyal yang kuat bahwa kita harus bersama-sama menghentikan masalah ini.

Mari bersama jadikan bulan Ramadan kemarin sebagai pembelajaran bahwa kita harus lebih peduli terhadap lingkungan dan planet bumi yang kita cintai ini. Kami percaya bahwa setiap orang dapat membuat perubahan dan kamu dapat memulainya dari diri kamu sendiri terlebih dulu. Siap untuk #PantangPlastik?