Saya kira kita saat ini berada pada sebuah persimpangan jalan dalam kebersamaan kita denganbumi. Kita bisa membiarkan bumi rusak secara permanen, atau dengan kesungguhan hati kita mengambil keputusan radikal untuk memperbaiki semua kerusakan yang terjadi, dan merawat yang ‘tersisa’ dari bumi untuk kehidupan selanjutnya.

Kesepakatan Paris Desember 2015 telah menegaskan bahwa dampak kerusakan bumi secara permanen akan terjadi bila kita membiarkan bumi memanas lebih dari 1,50 Celcius. Seluruh scientific evidence mendukung itu. Sekarang soalnya, apakah para pemerintah di bumi dan kita semua dapat melaksanakan apa yang kita sepakati di Paris?

Seluruh negara memberikan janjinya masing-masing untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di Paris. Nationally Determined Contribution (NDC) dari Indonesia adalah mengurangi 29% emisi dengan usaha sendiri, atau 41% bila dibantu oleh dunia internasional. Situasi kita saat ini masih jauh dari janji kita tersebut.

Kontradiksi antara janji tersebut dan kenyataan kita, tidak bisa lebih ekstrim daripada kegagalan kita mengatasi salah satu kebakaran hutan terbesar di dunia yang kita alami tahun lalu, yang membuat Indonesia langsung menjadi salah satu emitter  CO2 terbesar di dunia.

Sulit pula untuk membayangkan bagaimana kita memenuhi komitmen kita di Paris bila pemerintah melakukan elektrifikasi nusantara melalui program 35.000 MW dengan pangsa pembangkit listrik bersumber batubara lebih dari 60%. Belum lagi kalau kita bicara tentang dampak kematian dini yang bisa diakibatkan oleh partikel-partikel yang terkandung dalam buangan pembakaran batubara tersebut.

Raison d’ėtre atau alasan hakiki Greenpeace ada, adalah agar bumi dan manusia yang hidup di dalamnya punya masa depan dan kehidupan yang berkelanjutan. Saya berpandangan bahwa Greenpeace Indonesia punya tanggung jawab untuk berkontribusi agar pada persimpangan jalan ini, Indonesia mengambil pilihan yang tepat.

Greenpeace Indonesia harus bekerja keras untuk memastikan kita tidak kehilangan lebih banyak hutan lagi, dan hutan Papua nasibnya tidak menyusul yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Greenpeace Indonesia harus bekerja keras untuk memastikan energi terbarukan mendapat pangsa terbesar dalam bauran energi Indonesia pada tahun 2030. Greenpeace Indonesia harus bekerja lebih keras agar kota-kota Indonesia bebas dari pencemaran limbah dan sampah, dan makin manusiawi bagi para penghuninya. Demikian pula agar lautan Indonesia dan kehidupan di dalamnya terpulihkan dari kerusakan yang dialaminya selama ini.

Apakah Greenpeace Indonesia anti pembangunan? Tentu tidak. Greenpeace Indonesia mendukung pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan untuk seluruh rakyat Indonesia. Pilihan-pilihan untuk itu tersedia: dari perhutanan sosial, pengembangan hasil hutan non kayu, ekoturisme, bisnis dan pekerjaan-pekerjaan yang menjanjikan dari industri energi terbarukan, pengembangan geotermal secara masif, sampai ke pengembangan transportasi masal. Tinggal pemerintah dan kita mau mengambilnya atau tidak? 

Pekerjaan ini masih panjang dan berat, sementara waktu yang tersisa untuk memulihkan bumi tidak terlalu banyak. Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh supporter dan volunteer yang telah bersama-sama dengan Greenpeace Indonesia dalam perjalanannya selama ini. Tentu kita akan terus bersama dan kita akan memastikan bahwa Greenpeace Indonesia berkontribusi signifikan untuk masa depan Indonesia yang berkelanjutan.